Musda KNPI Sulsel Mandek: Ketua AMII Sulsel Sindir Keras, “Jangan Bungkus Ketakutan Jadi Strategi Politik”

Aditya Djohar Ketua AMII Sulsel

Newskata.com –Kemandekan Musyawarah Daerah (Musda) XVI Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Sulawesi Selatan memasuki babak yang tidak lagi dapat ditoleransi secara politik. Ketika sebagian besar DPD II KNPI kabupaten/kota telah menyelesaikan proses demokratis mereka, DPD I KNPI Sulsel justru masih berkutat dalam ketidakjelasan, seolah sengaja dipelihara demi memperpanjang status quo kekuasaan.

Di tengah ketidakpastian tersebut, suara keras datang dari Aditya Djohar, Ketua Angkatan Muda Islam Indonesia (AMII) Sulsel. Dalam pernyataannya saat ditemui di sela waktu ngopinya di Café No Limit, Jalan Tupai No.67, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar Adit tidak hanya mengkritik, tapi menyatakan secara tegas bahwa keterlambatan Musda adalah bentuk nyata dari manipulasi politik internal dan ketakutan terhadap transisi kepemimpinan.

“Keterlambatan ini bukan kebetulan. Ini adalah kalkulasi politik. Jangan bungkus ketakutan sebagai strategi organisasi. Ini adalah cara klasik segelintir elite mempertahankan kekuasaan dengan mematikan ruang demokrasi,” tegas Adit, Kamis (18/7).

Ia menyebut bahwa DPD I KNPI Sulsel sedang mengalami krisis legitimasi serius. Ketiadaan transparansi, tidak adanya tahapan Musda yang diumumkan ke publik, serta absennya komunikasi ke organisasi kepemudaan (OKP) yang berhimpun, adalah bentuk pengabaian terhadap etika kepemimpinan.

“Kepemimpinan yang sehat itu siap diganti. Kalau KNPI Sulsel takut menggelar Musda, maka yang kita hadapi bukan organisasi, tapi struktur kekuasaan yang telah disandera oleh ambisi pribadi,” katanya.

Adit menekankan bahwa jika KNPI tidak segera kembali ke rel demokrasi, maka posisi mereka sebagai representasi pemuda Sulsel patut dipertanyakan. Bahkan menurutnya, bila kondisi ini dibiarkan, KNPI Sulsel berpotensi menjadi organisasi non-legitimatif secara moral dan politis.

“Apa yang bisa dibanggakan dari organisasi yang alergi pada proses regenerasi? Pemuda di luar sana menuntut arah dan keberanian, bukan manuver politik murahan yang dikemas dengan alasan teknis, sindirnya.

Lebih jauh, ia juga menyebutkan bahwa organisasi kepemudaan saat ini sedang menjadi sasaran co-optation oleh kekuatan-kekuatan politik yang ingin menempatkan ‘orangnya’ dalam setiap struktur strategis, termasuk di tubuh KNPI.

“Kalau Musda dijadikan alat transaksional, maka yang dikorbankan adalah masa depan organisasi dan integritas pemuda itu sendiri. KNPI jangan dijadikan perpanjangan tangan elite politik yang hanya butuh kendaraan saat musim Pilkada tiba,” lanjutnya dengan nada tegas.

Adit pun mengajak seluruh OKP yang berhimpun dalam KNPI Sulsel untuk tidak bersikap apatis dan segera bersatu mendesak percepatan Musda. Menurutnya, pembiaran atas stagnasi ini sama saja dengan ikut melanggengkan penyakit dalam tubuh organisasi.

“Kalau hari ini kita diam, maka kita membiarkan KNPI dibajak oleh kepentingan pribadi. Pemuda Sulsel harus melawan. Bukan dengan emosi, tapi dengan gerakan yang sadar, sistematis, dan politis,” tutupnya.

Hingga berita ini dirilis, DPD KNPI Sulsel belum memberikan pernyataan resmi atau jadwal Musda yang pasti. Di sisi lain, tekanan politik dari bawah mulai menguat. Dan kini, publik pemuda bertanya-tanya: apakah KNPI Sulsel akan memilih menjadi institusi demokratis, atau sekadar panggung dagelan politik para penunda perubahan?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like